kelinci angkasa

Selasa, 20 Desember 2016

Love

               
cinta, kata itu begitu terdengar sangat familiar. banyak kalangan makhluk hidup yang begitu memuji makna dari arti kata cinta itu sendiri, perasaan seperti  apakah cinta itu? apakah begitu menyenangkan? mungkin, sama seperti apa yang sedang dirasakan peri Agustina saat ini. tersenyum cerah sepanjang hari, berdandan, dan memantulkan cahaya yang berkilauan dari balik sayapnya. apakah dia sedang jatuh cinta?

 

serbuk warna berkilauan bertaburan di atas kepalaku, aku mendongak ke atas dan mendapati seorang peri laki laki terlihat tersenyum takjub dengan pipi yang sedikit memerah.
"apakah dia sedang gugup?" gumam ku, peri laki laki itu terbang mendekati peri Agustina dan menyapanya dengan kilauan warna yang sedikit memancar di balik punggungnya. peri Agustina tersenyum manis dan terlihat membalas sapaan singkat itu, mereka terduduk dan terlihat mulai saling berbincang satu sama lain. apakah mereka sedang saling jatuh cinta?
"hei, mereka terlihat begitu lucu, ya, haha" ucap peri Ryah, dengan tangan yang menyenggol lengan ku lebih dulu
"kau benar, Ryah. pantas akhir akhir ini dia selalu terlihat bahagia ternyata itu toh penyebabnya" ujar peri Milla yang di balas anggukan mantap oleh semua peri yang ada di sini. jujur aku agak bingung juga sebenarnya, apakah itu artinya antara peri Agustina dan peri Ahdid memiliki suatu hubungan yang tak ku ketahui? aku menoleh ke arah Chesya yang berada di samping kananku, seolah mengerti ia pun tersenyum dan mengangguk.
"itulah maksud ku, Lyra" bisik nya tepat di telingaku. ya, sebelumnya Chesya pernah memberitahu ku bahwa peri Agustina sedang dalam masa mekar, aku tak begitu mengerti tapi yang ku tahu sesuatu yang selalu identik dengan mekar ya bunga, namun bukankah masa mekar hanya ada pada musim semi? lalu kenapa peri Agustina berada dalam masa mekar sedangkan sekarang masih dalam musim panas yang cerah dan beberapa hujan yang terkadang datang menyapa?.
hal ini membuat ku semakin mengerti akan hal ini. jatuh cinta, ya, jatuh cinta. peri Agustina sedang jatuh cinta pada peri Ahdid begitu pun sebaliknya. sedikit merasa kecewa, karena Agustina hanya memberitahu perasaannya pada Chesya sedangkan aku tak di  beritahu, sungguh teman yang jahat. "hei, haruskah kita pergi dari sini dan meninggalkan mereka berdua?" usul peri Diyah
"terserah, tapi aku sedang malas terbang. pemandangan di sini cukup indah" ucap peri Santika, dan disetujui dengan anggukan beberapa peri lainnya seperti peri Aldio, peri Iqbal, dan peri lainnya
"hm.. aku juga" timpal Ryah membenarkan ucapan peri Chesya. begitu pun denganku dan mungkin beberapa peri yang lainnya. jujur, sebenarnya aku tak terlalu suka duduk di dekat orang yang berpacaran, bukan bermaksud iri namun entah kenapa ada rasa tidak enak saat aku berdekatan dengan mereka, takut mengganggu, takut merusak suasana atau apalah yang jelas hal itu membuat ku merasa takut, aneh bukan? namun aku tak punya pilihan lain selain ikut bergabung dan duduk sembari menikmati pemandangan dari dalam kelas peri dengan para sahabat sahabat peri ku. mendadak aku teringat akan sesuatu, aku ingat saat peri Agustina menangis dan hampir terlena dalam rasa sakitnya, disakiti oleh orang yang ia sukai sejak kejadian menyakitkan itu terjadi padanya. butuh berhari hari bahkan berbulan bulan untuk membantunya sembuh dari luka rasa sakit yang dia sebut dengan kata 'patah hati'. aku tak ingin ia kembali terpuruk akan rasa sakit hatinya lagi, bagaimana kalau peri Ahdid hanya mempermainkan nya lalu meninggalkan peri Agustina dengan memberi rasa sakit yang teramat dalam? bukankah itu sangat kejam? aku tak ingin melihatnya tersakiti lagi karena jika hati peri yang tersakiti tak dapat lagi diobati peri itu akan tertidur, menua dan kemudian pergi selamanya bersama angin yang akan membawanya tak tentu arah. membuat ku berkali kali merasa aku takut
"Ahdid adalah temanku, sahabatku sejak aku kecil. aku yakin ia akan menjaga hati Agustina dengan sebaik baiknya, dia bukanlah tipe orang yang suka mempermainkan hati peri wanita tak seperti mantan peri Agustina yang dulu" terang peri Chesya padaku dengan suara yang dibuatnya sekecil mungkin, padahal jika ia mengatakan dengan volume normal pun peri yang lain tidak akan dapat mendengarnya karena terhalang oleh suara ribut mereka sendiri.
"jadi tak usah khawatir, oke?" lanjutnya dengan senyuman manis andalannya, angin hangat berhembus melalui beberapa ventilasi di ruang ini. aku pun tersenyum, ya, kurasa aku akan mencoba mempercayai peri Ahdid untuk saat ini.


           meski begitu, namun entah mengapa aku masih merasa takut akan kata familiar itu.

 'cinta', peri Agustina pernah nyaris terlena akan rasa sakit yang ia rasakan di hatinya, perasaan sakit yang membuatnya begitu menderita. terjebak dalam skenario cinta yang pada akhirnya membuatnya tersadar bahwa kisah cintanya begitu terdengar menyedihkan, aku ingat saat ia datang padaku, memeluk ku dengan segenap air mata yang tertumpah kan dari sudut sudut matanya, tubuhnya bergetar dan warna kilauan cahaya peri di sayapnya seakan terlihat redup, sangat sakit, pasti. kegagalan cinta mengenal kan nya dengan kata 'rasa takut', membuatnya tak lagi percaya akan keajaiban warna. hingga akhirnya, setidaknya saat ini ia kembali mendapatkan hatinya yang dulu pernah terpecahkan dan terbuang, mengenal cinta yang sempat hilang dari warnanya dan Ahdid datang dengan segenap rasanya memberikan hatinya pada peri Agustina, dan kuharap ia akan selalu seperti itu selamanya.

---------------------------------



 
                         angin malam terasa dingin menyentuh kulitku, berhembus melayang layang kan rambut hitam ku yang tergerai bebas, bintang di langit nan jauh itu bersinar terang namun akan segera tertutupi oleh awan hitam lebat yang datang dari arah utara, aku mencium bau air dan kurasa sebentar lagi akan turun hujan. aku menggerakkan sayap sayapku dan terbang menuju laut, mencoba memberi ketenangan.
aku mulai takut. aku selalu melihat perubahan batin para peri saat mereka jatuh cinta, sebuah perasaan yang menipiskan keabadian mimpi dalam dirinya, membuat sebagian dari mereka berubah hanya karena perasaan cinta, membuat ku takut. aku tak ingin jatuh cinta, aku... tetap ingin menggapai mimpiku untuk dapat terbang ke

angkasa dan mengendalikan bintang, aku akan berusaha mulai dari sekarang


BYURR!.....

Rabu, 14 Desember 2016

senja

"Lyra....?!" panggil seseorang dari atas sana, aku menoleh ke atas dan mendapati Chesya yang tengah mencari cari keberadaanku, ekor ku terayun ke atas hingga menyentuh permukaan air dan kemudian terlepas terbang dan berubah menjadi sepasang kaki, di ikuti sayap yang muncul dari punggungku, itulah yang mungkin membuat semua peri mengatakan bahwa aku istimewa karena diantara ratusan bahkan ribuan peri hanya aku dan beberapa peri yang memiliki kemampuan berubah seperti ini. kemudian aku terbang ke arah Chesya yang menatap takjub diriku dari bawah pohon ginko di sana, kemudian aku berhenti dan duduk tepat di sampingnya

"apa kamu merasa sedih Lyra?" tanyanya, entah mengapa dia selalu bisa mengetahui apa yang aku rasakan, aku selalu berfikir apakah ia memiliki semacam kemampuan membaca pikiran setiap peri, dia selalu datang disaat yang tepat ketika hatiku terasa begitu hampa dan sakit. aku terdiam dan menatap permukaan air yang luas di depanku

 "kenapa kamu berfikir seperti itu Chesya? aku baik baik saja" timpalku dengan senyuman hangat yang ku tampilkan, tak terdengar suara apapun untuk sesaat kecuali suara para burung burung dan angin yang sejuk. hingga sebuah tangan menyentuh bahuku

"aku tahu kamu sedang sedih Lyra, hatimu begitu hampa dan seperti menahan rasa sakit, ayolah cerita padaku apa yang sebenarnya terjadi? jangan dipendam semua begitu, aku siap mendengarkan semuanya kok" ucapnya dengan nada penuh kasih sayang, aku berfikir apakah dia memang berkemampuan membaca pikiran?

"jangan berfikir yang macam macam, ceritakan saja padaku. aku siap mendengarkan keluhanmu kok" astaga, dia memang bisa membaca pikiranku, dia ini seorang peri atau peramal?

"aku sahabatmu Lyra, bukan peramal" oh okay, baiklah. aku tidak akan berbicara dalam pikiranku, kurasa dia memang berkemampuan untuk hal semacam itu. aku menunduk dan mulai mengangguk, kurasa aku memang harus membaginya

"ada apa?" tanyanya "aku hanya sedih" jawabku "sedih kenapa?" tanya Chesya yang semakin penasaran "aku bingung" jawabku singkat, dia mulai mengeluh dan aku mulai mendengar dengusan nafasnya kasar, haha.. kurasa dia memang mengeluh "ya, bingung kenapa sahabatku??? kalau ngomong yang jelas jangan di jeda jeda begitu, nanti aku nya kepo" haha sejak kapan dia mulai menggunakan bahasa gaul manusia? "hm.. sebenarnya aku... aku bingung" aku menolehkan kepalaku menghadapnya dan melihat wajahnya yang terlihat sudah tidak tahan akan rasa penasaran, aku menatapnya dengan wajah sesedih mungkin dan mengatakan "aku.. bingung, aku bingung mau makan apa, soalnya dari tadi aku begitu lapar". dia membelalakan matanya tak percaya dengan mulut yang ternganga lebar, segerombolan asap terang berwarna merah keluar dari balik sayapnya,yang merupakan  salah satu tanda bahwa seorang peri marah yaitu lewat keluarnya warna dominan identik pada tubuhnya keluar dari balik sayap sayapnya, dan kurasa aku telah membuatnya marah. aku tersenyum dengan cengiran andalanku, karena pada kenyataannya aku memang begitu lapar sekarang. "baiklah aku akan mencari makan untukmu, tunggu di sini" ucapnya dengan wajah merah padam haha.. lucu sekali "tidak, kenapa kita tidak mencari makan bersama saja?"
''''''''''''''''''''''''''''
angin angin sore berhembus semakin kencang, seberkas cahaya berwarna jingga menerpa tubuh kecil mungil mereka seakan ingin menghilang perlahan sehingga malam meminta jatahnya untuk segera muncul menggelapkan bumi. di sini, di atas sebuah bangunan tinggi kami duduk bersama sambil asik memakan makanan kami.....
aku dan Chesya
"kau tahu Lyra? aku ingin sekali menggapai bintang terang itu bersamamu, sungguh. aku ingin kita menjadi peri pertama yang mengikuti jejak nenek moyang kita untuk bisa menggapai bintang dan membangun sebuah persahabatan abadi disana" ucapnya dengan mata berbinar ke atas menatap bintang venus yang muncul di hari di mana matahari sudah hampir tenggelam. aku menatapnya yang sedang asik menatap bintang terang yang muncul pertama kali itu dengan sebuah tanda tanya besar, dia tak sedang bercanda sekarang dan aku melihat keseriusan walau hanya dengan melihat ekspresi wajahnya. aku juga Chesya, aku juga ingin mewujudkan mimpiku untuk bisa menggapai bintang terang itu bersama sama sahabatku. bersama kamu dan bersama sahabatku yang lainnya
"oh.. Lyra, lihatlah matahari nya akan tenggelam" ucapnya sambil menunjuk matahari yang dengan perlahan tenggelam ke peraduannya, aku pun menoleh ke arah yang ia tunjuk.
indahnya matahari itu, sinar hangatnya sungguh menenangkan. tanpa sadar aku pun menutup mataku dan mencoba berdoa di dalam hatiku, dan ku harap tuhan mendengarnya

"jadi di sini kalian berada, kami mencari kalian, tahu. huh sungguh menyebalkan" ucap seseorang yang diikuti dengan gumaman dan protes an peri peri lainnya yang membuat mataku terbuka. aku melihat mereka yang tersinari bayang bayang senja yang tenggelam. tak ada asap warna yang keluar dari sayap mereka, aku tahu mereka tidak sedang benar benar marah, hingga mereka mulai duduk bersamaku dan Chesya. kamipun menatap matahari tenggelam bersama, dan berharap semua rasa yang terjadi juga ikut terbawa oleh matahari yang tenggelam ke arah barat. setidaknya rasa sepiku dibawah air telah terlupakan oleh kebersamaan kami di atas daratan tanah subur ini walau mungkin hanya sesaat..... yah, hanya sesaat......


peri Anatin, peri Luciana, peri Agustiana, peri Ryahki, peri Achari, peri Gilang, peri Aldi...... kuharap kita akan selalu seperti ini bersama







LANJUT KE EPISODE 3

Selasa, 13 Desember 2016

rasa dan mimpi

                aku adalah sang peri, atau lebih tepatnya peri air. tugasku adalah menjaga air agar tetap tenang, mengontrolnya dan menjaga kelestariannya. semua orang selalu mengatakan padaku bahwa ia begitu iri padaku, mereka bilang tugasku adalah tugas istimewa bagi semua peri karena bagi mereka air adalah sumber ketenangan, kesejahteraan, dan kedamaian. ya, mereka memang benar, air memang tenang dan aku pun juga menyukainya, namun itu semua adalah sebuah anggapan semata. karena ketika kau ada didalam air maka kehampaan akan senantiasa menyelimutimu. mereka bilang bahwa aku adalah seseorang yang cerdas bahkan hampir setiap saat aku mendengar pujian manis dari bibir mereka, sangat manis dan terdengar tulus. namun, apa kenyataannya? aku selalu bertanya apa yang membuat mereka berkata bahwa aku peri yang istimewa? bahkan jika mereka melihat kenyataan dan pada kenyataannya justru akulah yang iri pada mereka, dan kupikir itu selalu.....
"wah... Akita, salju buatanmu bagus sekali sungguh menyakjubkan! bagaimana kamu bisa melakukannya?"
"iya, saljunya sungguh cantik berwarna hijau berlian, kamu sangat hebat Akita"
"haha.. biasa saja ah, bola salju hijau jelek seperti ini di bilang cantik, cantik apanya coba?"
"haduuh.. beneran deh, emang bener bagus banget, aku pengen loh bisa kaya kamu"
percakapan itu terus kudengar dari bawah permukaan air, aku melihatnya iri, mereka selalu bisa memiliki apapun yang tidak pernah aku miliki. Akita begitu pandai berkreasi dengan warna warna hijau cerahnya, ya, dia adalah salah satu peri pelangi, karyanya sungguh kreatif. terkadang aku selalu mendengar para guru peri menyanjungnya habis habisan. belum lagi pada peri melody, dengan suaranya yang begitu merdu dan kemampuannya mencipta kreasi warna juga begitu keren dan indah. namun, bagaimana dengan diriku? yang bisa kulakukan hanyalah berenang seperti para plankton dan mengibas ngibaskan jari telunjukku membentuk sebuah warna abstrak yang akan hilang terbawa arus, selalu begitu. seakan semua ini adalah sebuah bentuk imajinasi yang begitu hampa. tak akan ada yang tahu mengenai rasa kecewaku pada diriku sendiri bahkan air mataku pun telah menyatu dengan air.




bagi kami, persahabatan dan kerja keras adalah yang nomer satu. impian kami semua adalah bisa terbang menembus atmosfer dan terbang menuju bintang, membangun sebuah keluarga, persahabatan, dan melukiskan warna warna dominan kami di permukaan bintang yang terang bersama. namun, tak pernah ada yang bisa menggapainya. mungkin ada, namun kebanyakan mereka tak bisa tahan dengan udara hampa yang begitu asing sehingga sebelum mereka menembus atmosfer, kematian telah lebih dulu menyapa mereka, itulah sebab mengapa aku selalu berangan angan untuk bisa melukiskan warna hampaku disana bahkan meski itu hanya berada didalam imajinasiku, dan dalam imajinasiku aku bisikan sebuah kalimat yang menjadikan sebuah tanda tanya besar dalam hidupku
"apakah aku bisa, menggapaimu bintang?"



LANJUT KE EPISODE KE 2